SMP NEGERI 1 PURWAREJA KLAMPOK

MELANGKAH MENUJU E_LEARNING

FOTO

FOTO
KEPALA SEKOLAH

DENMAZSHiES

DENMAZSHiES

Followers

About Me

My photo
Banjarnegara, Jawa Tengah, Indonesia
DENSHiESt

BUKU TAMU


ShoutMix chat widget

PENGANTAR

SUGENG RAWUH , MONGGO PUN PIRSANI....
WELCOME TO MY SIMPLE BLOG, PLEASE SEE MORE

PELEPASAN SISWA KELAS 9 TAHUN 2008/2009, SENIN 15 JUNI 2009

“Pahlawan Tanpa Tanda Jasa”, Sebutan yang cukup mendebarkan hati dan membanggakan bagi para penyandangya. Sebutan ini cukup tenar pada era Orde Baru dan tercetus dalam syair himne guru yang sering dikumandangkan oleh peserta didik dalam berbagai acara yang terkait dengan pendidikan. Dengan predikat pahlawan tanpa tanda jasa, guru berjuang untuk mencerdaskan anak bangsa meski dengan kesederhanaan dan mungkin dengan kebersahajaan. Meskipun tidak seluruhnya demikian, kenyataan ini banyak kita lihat pada guru SMP ke bawah dan yang berada di daerah. Bagaimana Guru di era reformasi? Di era reformasi pemerintah berusaha meningkatkan kualitas guru dengan janji sebagai konsekwensi logis yaitu melalui guru professional yang ditempuh dengan sertifikasi. Namun pelaksanaannya juga masih belum maksimal dan masih banyak kendala yang terjadi di lapangan. Guru bergairah dan penuh harap, berusaha semaksimal mungkin memenuhi standar yang di tentukan untuk mendapat sertifikat dan predikat guru profesional. Harapan pemerintah tentunya terjadinya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia sesuai dengan tujuan Negara Indonesia. Idealisme Guru. Dimanapun berada dan dalam keadaan bagaimanapun guru punya idealisme yaitu ingin mencerdaskan siswa-siswanya agar tercapai apa yang menjadi cita-citanya. Dengan berbagai cara dan menggunakan segala fasilitas seadanya guru berjuang untuk membawa siswa-siswanya mempunyai kemampuan dan ketrampilan sesuai dengan disiplin ilmu yang di ajarkan. Disetiap pertemuan, guru laksana aktor atau aktris yang mempunyai kemampuan acting tinggi meninggalkan berbagai masalah hidupnya memberi semangat siswa-siswanya untuk belajar semaksimal mungkin dan menempuh pendidikan setinggi mungkin. Bercita-citalah setinggi langit, gapailah semua itu dengan semangat dan do’a. Kenyataan membuktikan dengan bimbingan guru yang sederhana dan bersahaja telah tercipta manusia-manusia yang cerdas dan mampu mendapatkan pekerjaan yang tinggi di sector negri maupun swasta. Idealisme guru yang lain jelas ingin merubah pola dan alat mengajar seiring perkembangan dan tuntutan jaman. Semua ingin memenuhi tuntutan mengajar saat ini yaitu pembelajaran CTL, PAKEM/PAIKEM atau metode lain yang selalu tercipta seiring kemajuan jaman. Tuntutan jaman mengharapkan guru tidak lagi mengajar konvensional tapi modern yang sedang ngetrend yaitu mengajar berbasis ICT. Keadaan ini bagi sebagian besar guru masih sebagai angan yang ingin diwujudkan menunggu perubahan nasib dari pemerintah. Sejuta idealisme melekat guru-guru di negeri ini. Dilematis Guru? Guru sering dijabarkan dengan digugu dan ditiru, guru juga dianggap orang yang serba tahu. Benarkah demikian? Tentunya tidaklah semua benar, guru banyak keterbatasan dan kenyataan di lapangan memang masih banyak yang perlu menempuh pendidikan demi memenuhi tuntutan profesionalisme guru. Tuntutan pemerintah saat ini dari segi pendidikan bahwa guru minimal harus berijazah S1. Disinilah mulai timbul dilematis pada guru, semangat yang diberikan pada siswa untuk menempuh pendidikan setinggi mungkin jadi boomerang karena kenyataan dirinya juga belum bisa memenuhi tuntutan ijazah minimal seorang guru. Penyebabnya mayoritas adalah biaya pendidikan di perguruan tinggi yang relative besar, penyebab yang lain usia dan kemauan. Banyak keluhan dari guru tidak atau belum menempuh S1 karena sedang membiayai anak yang juga membutuhkan biaya yang besar. Belum cukupkah gaji guru? Lihatlah dan bandingkan dengan kenyataan yang terjadi pada guru-guru di sekitar kita. Kalau penulis menyampaikan gaji guru memang baru cukup untuk hidup layak sebulan, sehingga untuk kebutuhan pokok lain seperti rumah apalagi sekunder seperti sepeda motor banyak ditempuh dengan menggadaikan SKnya di Bank atau lembaga keuangan lainnya. Dengan keadaan awal seperti ini timbul dilematis yang lain di antaranya ; banyak anak guru yang terpaksa tidak bisa melanjutkan ke Perguruan Tinggi karena biaya. Jiaka hal ini terjadi maka akan timbul komentar yang sangat menyakitkan anak guru kok tidak sekolah. Pandangan bahwa guru adalah orang yang mumpuni dan serba tahu ini kadang menimbulkan hal-hal yang tidak enak bagi guru. Di sinetron-sinetron sering ditampilkan guru-guru yang berpenampilan bloon dan di olok-olok sama murid-muridnya seolah guru itu katrok kalau boleh ambil istilahnya jutawan Tukul Arwana. Dilematis yang lain semangat belajar siswa di Negara yang kita cintai belum optimal sehingga sering timbul pelanggaran-pelanggaran oleh siswa yang juga kadang membawa guru bermasalah dan berurusan dengan pihak yang berwajib. Kurikulum 2006 dan sekarang KTSP dengan metode CTL, PAKEM/PAIKEM punya paradigma bahwa peran aktif kegiatan pembelajaran adalah siswa, guru di harapkan sebagai sutradara dalam KBM dan sebagai fasilitator. Paradigma kurikulum 2004 dan sekarang KTSP adalah bahwa siswa sudah memiliki modal dari rumah dan di sekolah di tingkatkan dan disempurnakan, kenyataan di lapangan? Masih banyak kita temukan siswa berangkat sekolah tanpa modal pengetahuan yang diharapkan bahkan modal niatpun belum ada. Sekolah masih di anggap rutinitas dan kewajiban dari pemerintah ataupun tuntutan orang tua belaka. Undang-undang perlindungan anak kadang di pergunakan tidak pada tempatnya oleh orang tua murid yang dalam kenyataan menjadikan guru takut melangkah atau tegas karena takut melanggar, dampaknya guru semakin terpuruk dan kurang harga dirinya di hadapan peserta didik. Jika sudah begini? Kualitas pendidikan juga akan banyak dipertanyakan. Dilematis-dilematis sangatlah banyak yang lagi tenar saat ini tuntutan mengajar berbasis ICT, kenyataan masih banyak guru yang gaptek, salah satu penyebabnya jelas kesenjangan antara harga teknologi dengan kemampuan beli seorang guru akan teknologi tersebut. Dilematis lain ………? Masih banyak dilematis yang kita temui di lapangan yang tidak perlu kita kupas secara panjang lebar, yang penting adalah bagaimana nantinya kita bisa merubah judul dan terealisasi dengan baik yaitu : “GURU IDEAL YANG PENUH IDEALISME” Harapan guru tidaklah muluk hanyalah ingin idealis , ideal dalam kenyataan dan penuh optimis. Mungkin slogan ini bisa menjadi secercah cahaya bagi guru “Dengan Bersama dan Kebersamaan Kita Bisa”. Hanyalah ungkapan pribadi, tidak bermaksud menyinggung, menuntut apalagi provokasi pada siapapun.

1 komentar

  1. Anonymous  

    saya setuju dengan bung siswanto
    saya sangat setuju dengan isi tulisan Anda
    saya paling setuju
    kalau pemerintah dan pemerintah daerah menyetujui dan segera mewujudkan kesejahteraan guru
    tanpa dikotomi dan diskriminasi

Post a Comment

JAVA CAMPURSARI MUSIC


Music Playlist